Rabu, 16 Juli 2014

PeDe Bicara Seks pada Anak



 Berikut ini resume Seminar Ibu Elly Risman yang saya copas dari live-tweet Rumah Parenting Depok, http://bundakiranareza.wordpress.com, http://keluargaqudsy.blogspot.com


Materi #PeDebicaraSeks bertujuan supaya para ortu PD ketika ditanya oleh anaknya, “Ma, sodomi dan sotomi bedanya apa sih Ma?” Supaya juga ortu tau aspek apa saja yang harus dikembangkan pada anak.  Juga, supaya ortu mengerti tahapan perkembangan seksual anak.Dan yang paling penting adalah agar ortu siap menemani anaknya dalam menemukan identitas seksualnya

Ok, kita mulai dgn usia brp anak kita masuk SD? Ternyata banyak ortu yg tdk tau kapan kematangan diri anak u/ masuk sekolah . Datanya, anak berada dlm situasi belajar lebih dr 8 jam/hari. Bayangkan, anak 8 jam di sekolah pdhl otaknya blm bersambungan. Apalagi dgn kurikulum DikNas yang tidak ramah dgn perkembangan otak anak. Artinya? Otak anak sangat lelah. Pdhl, anak menghadapi bahaya luarbiasa : Predator Bisnis Pornografi. Anak yg mana? LAKI-LAKI.
Kenapa anak laki2? karena otak laki-laki adlh otak kiri, shg mudah fokus. Fokus pada? Produk Pornografi! Anak laki yg mana? yang BELUM BALIGH. Karena pada masa ini anak sangat kritis dalam perkembangan seksualnya. Yang mana lg? Anak yg BLASTed : Boring,Lonely,Angry/Afraid,Stress,Tired (bosan, kesepian, marah/takut, stres, lelah). Siapakah anak yg BLASTed? Adalah anak yg otaknya LELAH.

Anak kita, mengalami beban luar biasa. Tidak hanya beban fisiknya karena lamanya waktu di sekolah, tapi juga beban jiwanya. FAKTANYA : Data Divisi Anak&Remaja @kitadanbuahhati : menurut 23% anak SD kelas 4,5,6 berpendapat bhw pacaran adlh hal wajar. 15% anak SD kls 4,5,6 bpendapat bhw aktifitas yg boleh dilakukan saat pacaran adlh : berpelukan,ciuman, dan pegangan tangan. Pernahkah Anda menyatakan dengan JELAS pendapat anda tentang PACARAN pada anak Anda?
Apa yg terjadi pd anak kita? Mereka sdg dlm perkembangan seksualitas yg pesat + stimulus (pornografi + sexting) = hasilnya?  Kasus SMP 4 JakPus seharusnya menjadi tamparan keras bagi para ortu untuk #PeDeBicaraSeks pada anak2 kita. [kasusnya: anak2 SMP memvideokan hubungan seks mereka]

Kapan ortu perlu mengatakan pendapatnya tentang pacaran? SEBELUM BALIGH! Kenapa? Karena ketika sudah terlanjur baligh, testosteron dalam tubuhnya bekerja 20x lebih besar = anak kita sudah sexually active21. Anak sudah sexually active + gadget [hape/tab/iPad] di tangannya. Data @kitadanbuahhati : 95% anak kelas 4,5,6 SD sudah terpapar pornografi.
Umur berapa Anda memberikan gadget pada anak Anda? Sudah sampaikan belum ttg dampak pornografi pada anak pdhl gadget di tangannya? sdh sampaikan belum aturan Allah AnNur 21?
Pornografi merusak otak pd bagian PreFrontal Cortex (PFC) : bagian yg membedakan manusia dg makhluk lainnya. Jika rusak? Tahukah Anda, sekali anak melihat brosur pakaian dalam sengaja atau tidak sengaja, lampu pornografi di otaknya SUDAH ON.

OK. Kita sama2 tau banyak salahnya kita pada anak kita selama ini karena kita tidak tau. MAAFKAN DIRI SENDIRI, lalu:
  1. SADARI keadaan genting ini, sadari anak adlh tanggungjawab pd Allah. Kita terima baik2, jgn kembalikan ke Allah kelak dlm keadaan bonyok (hancur secara moral, otak rusak, dll).
  2. SEPAKATI dgn pasangan tentang kegentingan : pornografi dari gadget anak kita dpt mengakibatkan kerusakan otak.
  3. Buat daftar dari apa yg luput selama ini ttg hal2 yg harus diajarkan pada anak mengenai seksualitas. Buat kurikulum kecil. Dari daftar itu,tentukan apa aja materi yang akan diajarkan pada anak, apa yg menjadi prioritas apa, siapa (ayah/ibu) yg sampaikan, kapan? Persiapkan materinya, tentukan cara menyampaikannya, dan pilih situasinya.
Situasi yang nyaman bicara dengan anak: duduk menyamping [berdampingan, bukan berhadapan secara frontal yang akan membuat anak merasa sedang diinterogasi/dihakimi].

TIPS :

  1. Mulai ngobrol ttg issue genting, misal ttg pacaran, kasus di TV yang sedang hot. Obrolkan dg santai.
  2. Cerita pengalaman ortu (anak suka dgn pengalaman orangtuanya, jadi dia akan antusias mendengar), dari situ masukkan nasehat/nilai/hikmah. [Misal, “Dulu mama waktu SMP ga pernah pacaran, tapi ada anak laki-laki yang naksir mama. (anak akan tertarik dan bertanya lebih lanjut).. ceritakan saja, sambil selipkan nilai2 /nasehat (“Mama cuekin aja tuh anak, kan pacaran itu dilarang Allah. Eh...dia marah.. trus.. bla..bla...). Seru kan? Dan tanpa merasa sedang dinasehati, anak menerima transfer nilai-nilai dari ibu (bahwa pacaran ga boleh, ga boleh berduaan di tempat sepi dg non muhrim karena akan ada setan yang menggoda, dll)]
  3. Sampaikan jg hal-hal yg belum pernah disampaikan, buat catatan yg memudahkan kita mengingat apa saja yg perlu disampaikan
  4. Anak butuh sikap&pendirian kita, mana yg harga mati dan mana yg bisa dinegosiasi. Sampaikan TELADAN dari ortu  (ini bisa dengan kalimat-kalimat panjang lebar). [Tapi, perilaku lebih besar efeknya kata-kata. Karena itu, ayah dan ibu juga musti menundukkan pandangan, ibu gak centil di depan tamu laki-laki, jangan nonton film porno, (banyak kasus terjadi, anak mendapat video porno justru dari file di laptop ayah/ibunya!). ]
  5. Sampaikan pendapat ortu yang JELAS. Agar anak punya NILAI dan pegangan yang jelas. Sampaikan dg jelas prinsip ortu ttg pacaran, LGBT (lesbian-gay-biseks-transgender), dll.
  6. Anak butuh pendampingan saat melewati pubertas. SEDIAKAN WAKTU DAN TENAGA. Tidak bisa setengah-setengah.
  7. Tenangkan diri, sabar dan konsisten
TAHAPAN PERKEMBANGAN SEKSUAL ANAK

Rasa ingin tau anak tentang seksualitas adalah wajar, itu adalah konsekuensi dari perkembangannya. Anak bisa jadi akan bertanya berulang-ulang dan semakin mendetail seiring usianya meningkat dgn isu yg sama. Pertanyaan anak biasanya akan bermula dengan yang dekat dengan dirinya. Untuk menjawabnya, JAWAB SESUAI USIA & TINGKAT KECERDASANNYA. Anak yg cerdas akan terus bertanya hingga terpenuhi keingintahuannya. Jika anak cenderung pendiam, siapkan 10 pertanyaan untuk ditanyakan. Jangan menunggu anak bertanya.

Saat menjawab :

  1. tenang dan kontrol diri. Atur nafas dan rileks.. (jangan ketangkep basah ortu shock waktu ditanya anak)
  2. cek pemahaman anak, bagaimana caranya? Tanyakan pada anak : “Yang kamu tau apa, Nak?”
  3. jika perlu, katakan apa yang anda rasakan. Misal, “Mama kaget kamu tanya itu.”
  4. Tangkap inti pertanyaan. Jawab atau tidak, jika belum siap menjawab katakan dan jadwalkan kapan menjawab “Nak, ibu blm bisa jawab sekarang, tapi mama janji BESOK mama akan jawab” (tepati janjinya! Kalau enggak anak mencari jawaban di tempat lain).
  5. Jika siap menjawab : beri jawaban Pendek&Sederhana (PS).Lalu kunci dgn AGAMA. Jangan beri jawaban gantung
  6. INGAT : Tenang. Cek Pemahaman. Tangkap Isi Pertanyaan. Jawab Pendek&Sederhana (PS). Kunci dengan Agama.
Contoh dialog 
Anak: perempuan itu kok bisa hamil?
Ibu: *jangan panik, ajukan pertanyaan* menurutmu gimana? Kamu udah pernah baca soal itu?
Anak: yang aku baca di buku sains, perempuan hamil karena sel telurnya bertemu dengan sperma.
Ibu: ya betul itu.
Anak:  trus dimana ketemunya?
Ibu: mm.. di tuba falopi (jelaskan organnya, baca buku sains)
Anak: (masih mengejar): iya…itu sih aku udah tau..tapi GIMANA? Kok bisa ketemu?
Ibu:
*kalau panik, tunda jawab (Nak, ibu blm bisa jawab sekarang, ibu musti pelajari dulu. Insya Allah nanti dua hari lagi ibu jawab ya. Kamu jangan nanya ke temen ya! Kalau nanya begini ke ibu aja. Ok?)
*kalau siap jawab (dan anak memang keliatan sudah mampu mencerna): jelaskan dengan SINGKAT, to the point, lalu tutup dengan kalimat penting ini: ITU HANYA BOLEH DILAKUKAN BILA SUDAH MENIKAH. (lalu ajak anak buka Quran, cari ayat yg terkait larangan mendekati zina..dll). Dan: “Nak, ini rahasia kita berdua ya..? Jangan cerita ke siapa-siapa. Kalau kamu pengen nanya-nanya lagi, tanya sama ibu ya?”
Aspek yg harus dikembangkan anak

Aspek yg harus dikembangkan anak : Fisik, Kecerdasan, Emosi, Sosial, Spritual (aqidah, akhlak, ibadah), dan Seksualitas. Maka, pengasuhan anak hrs meliputi semuanya. Tdk cukup aspek akademis semata.Semua harus berkembang serentak.
-Pada usia 0-8 bulan anak harus dipenuhi kebutuhan oralnya dari mengisap, menelan, memainkan bibir, mengenyot.
-Pada usia 8-18bln anak harus bisa menahan dan mengeluarkan kotoran pada tempatnya, jangan biasakan dgn pampers.
-Pada 18bln-6thn, anak mulai perhatian dan menyentuh bagian genital. Tapi jangan dibiasakan, khawatir terbiasa menjadi masturbasi. [Tapi jangan dimarahi. Katakan baik-baik, “Nak itu kemaluan, malu ya? Jangan dipegang-pegang. Malu!”]
-Pada 6-11 thn (masa latency), anak perhatian thd seks dan mempelajari dirinya dengan identifikasi ortu sejenis [anak prp memperhatikan ibu; anak laki-laki memperhatikan ayah].
Jika gagal di masa latency, anak bisa kehilangan orientasi seksual, akibatnya muncul LGBT. Maka peran ayah sangat penting bagi anak laki. Maka ibu tdk ganti baju didepan anak laki dan sebaliknya.
-Pada 3thn ke atas: kenalkan bedanya laki-perempuan. 5-7 thn harusnya anak sudah paham jelas apa beda laki-laki/prp.
-Dalam Islam, ajarkan pada anak 7-10thn Etika meminta izin & memandang sesuatu
-Pada anak 10-14 tahun : Jauhkan anak dari rangsangan seksual [jadi: musti hati2 dg hape/tab anak, film yg ditontonnya, buku yg dibacanya, game yg dimainkannya.. buat anak sesibuk mungkin dg aktivitas positif, tapi fun/disukai anak.. misalnya ikut klub sepakbola, renang, dll.]
-Ajarkan pada anak 14-16 tahun : Etika seksual
-Ajarkan anak usia di atas 16 tahun : adab isti’faf (menjaga diri)

Teknik ROLE PLAY (semacam main sandiwara):

a. Pada usia 0-5 tahun : Ajarkan anak diri & tubuhnya sangat berharga, ia harus menjaga dan memelihara dirinya. Jelaskan dan roleplay-kan pd anak: “Nak, siapa saja yg boleh menyentuh tubuh?” Anak: “Ibu, ayah, bibi…”
b. Ajarkan pada anak berbagai jenis sentuhan : sentuhan baik, sentuhan buruk, dan sentuhan membingungkan .
-Sentuhan baik : sentuhan pada bagian tubuh pada bahu ke atas dan dengkul ke bawah
-Sentuhan buruk : sentuhan pada bagian tubuh yang ditutupi pakaian renang
-Sentuhan membingungkan : sentuhan pada bagian tubuh antara bahu ke bawah dan lutut ke atas
Ajarkan anak utk mempercayai perasaannya agar ngerti bedanya berbagai sentuhan, terutama sentuhan membingungkan.
Ajarkan anak untuk MENOLAK: AKU GAK MAU! JANGAN GITU! pada org dewasa/anak yg lebih besar darinya yang melakukan sentuhan buruk/membingungkan.
Ajarkan Bersikap tegas, judes dan bahkan berbohong diperlukan apabila anak merasa dirinya terancam.
c. Pada usia 5 – 7 Tahun, ajarkan anak bedanya: 1. Orang asing; 2. Kenalan; 3. Teman; 4. Sahabat; 5.Kerabat; 6. Muhrim
Ajarkan juga bgmn bedanya memperlakukan masing-masing mereka dan informasi apa saja yang boleh dibagikan pd mereka.
d. Pada usia 7-8 tahun, Ajarkan ttg aurat. Maka sekali lagi, harus memberi teladan dgn menjaga aurat ayah dan ibu di rumah.  Jelaskan pakaian bukan untuk perlindungan badan, tapi ada budaya, hukum agama yang harus dipenuhi.
Ajarkan MALU sejak kecil : Tahan Pandangan – Jaga Kemaluan. Usia berapa anak dibiasakan mandi sendiri?  7 TAHUN.  Tidak mandi bareng ortu
Pada usia baligh, (Laki 11 tahun, Perempuan 9 tahun) : Ajarkan bahwa mereka sudah menanggung dosanya sendiri (mukallaf). Jelaskan tanggungjawab pribadi : akibat kelakuan anak bagi dirinya&bagi orangtua.
Ortu penting tau : siapa teman anakku, apa yg dia baca&tonton?
Pada usia baligh, anak jadi kurang bertanya. Rasa ingin tahu thdp lawan jenis tinggi , mereka mulai suka main godain & jodoh-jodohan. Hati-hati!: pd usia baligh anak berani coba ciuman, ngomong jorok, ngikik, puisi kasar, bahasa rahasia. [Jadi, antisipasi ini semua sejak jauh-jauh hari (ajarkan pendidikan seksualitas sejak dini --seperti sudah dijelaskan di atas)]
Maka menjelang usia baligh, jelaskan pada anak tentang organ dan kesehatan reproduksinya. Gunakan media yang mudah untuk menjelaskan. Misal : mengenalkan mani = tepung kanji dicampur air dan diberi sedikit kunyit. Katakan pada anak kita “Nak, kalau kamu mengeluarkan cairan seperti ini, bilang mama ya!” (lalu ulangi berkali). Bila akhirnya anak cerita, ajarkan caranya thaharah (terutama membersihkan dirinya setelah mimpi basah).
[ Kepada anak prp pun, jelaskan seluk-beluk menstruasi, knp kok bisa mens, apa akibatnya, gmn cara menjaga kebersihan saat mens, mandi wajib stlh mens, dan..sampai pada fakta bahwa: setelah mens perempuan ada kemungkinan hamil..karena itu harus sangat hati-hati menjaga diri.]

Sebelum panjang lebar saya bercerita, yuk kita samakan persepsi dulu tentang perbedaan sex dan sexualitas. Sex adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan alat kelamin. Seksualitas adalah totalitas kepribadian, bagaimana seseorang tampil ketika berdiri, tersenyum, berbusana, tertawa, menangis, berfikir, bersosialisasi, berbudaya yang menunjukan siapa diri kita sesungguhnya.

Seminar kali ini dibuka dengan pemutaran video acara Kick Andy yang isinya menceritakan pelaku seks usia muda yang pertama kali melakukan hubungan seks dari kelas 6 SD. What??? Kaget?? Udah pasti dan saya hanya bisa menarik nafas dalam dalam.

Kemudian Ibu Elly bertanya kepada audience : "Bisakah anda menjawab pertanyaan anak jika bertanya Apa sih Pemerkosaan itu, Mama? Kenapa sih payudaraku besar sebelah? Keputihan itu apa sih?" Sebagai orang tua rasanya saya belum siap jika Samara tiba tiba bertanya sepeti itu?

Nah...sebelum ada pertanyaan seperti itu alangkah baiknya orangtua membekali diri dengan jawaban yang relatif bisa diterima anak seusianya.

Pertanyaan lain, kapan sih orangtua mulai bicara seks kepada anak? Menurut paparan Ibu Elly bahwa tiap anak kematangannya berbeda beda jadi alangkah baiknya kalo kita sebagai orang tua jeli dan peka melihat perkembangan anak. Karena tingkat kematangan anak lelaki dan perempuan saja sudah berbeda, lebih cepat perempuan.
So...gak bisa dipukul rata kita harus mulai bicara seks pada usia 8,9 atau 10. Memang sih rata rata anak jaman sekarang akan matang di usia 9 tahun dimana pada usia itu anak perempuan ada yang sudah mendapat menstruasi.  Nah alangkah baiknya kita memulai pembicaraan seks pada anak diusia 8 tahun untuk membekali anak dan jangan sampai menunggu anak yang bertanya duluan yaaa... *selfreminder*

Fakta yang terjadi di luar, hampir setiap hari stasiun TV menyiarkan program/rekonstruksi pemerkosaan pada anak balita, oleh kakaknya, murid kelas V/VI SD atau siswa SMP. Dan menurut Pusat Konsultasi Terpadu RSCM jumlah kasus anak yang dirujuk untuk memperolah konseling karena pemerkosaan dan incest (hubungan antar keluarga kandung) yaitu sekitar 80%. 

Dari responden yang terdiri dari siswa kelas 4,5 dan 6 SD diperolah hasil bahwa 40% anak belum pernah pacaran, 26% baru tahap naksir, 6% PDKT, 4% sedang punya pacar, 3% sudah pacaran lebih dari 1 kali, 11% lain lain dan 2% missing. Kemudian kegiatan yang menurut mereka disebut pacaran adalah 26% telp telponan, 19% jalan jalan, 7% pegangan tangan, 3% ciuman, 2% pelukan dan sisanya lain lain (ngobrol, bbm, curhat, belajar bersama)
Melihat data di atas sepertinya tugas dan tanggung jawab orang tua jaman sekarang sangatlah berat.

Beberapa kelalaian kita sebagai orangtua diantaranya :
1. Ketidaksiapan menjadi orang tua.
Menjadi orangtua itu berat karena tanggungjawabnya langsung kepada Allah. Saya sempat tertampar ketika Ibu Elly berkata : "Menjadi orangtua itu repot, trus siapa suruh punya anak?" Huaaa...JLEB banget kan?

2. Tidak punya tujuan pengasuhan.
Ini yang kebanyakan orangtua tidak lakukan. Sudah seharusnya kita merumuskan tujuan pengasuhan dan itu harus dibicarakan dengan pasangan. Istilah kasarnya nih...kalo kita main bola, tujuannya adalah mencetak gol eh...masa sih mendidik anak gak ada tujuannya? Karena jika tidak ada tujuan pastinya nanti akan berjalan melenceng tak tentu arah *JLEB lagi*

3. Meng-sub kontrakan Pengasuhan.
Meski dalam penjagaan anak kita dibantu oleh nanny/ART atau orangtua kita (eyang/nenek/kakek) tetapi tidak seharusnya orangtua menyerahkan pengasuhan anak pada mereka karena mereka tidak di design untuk mendididik anak. Yang namanya nanny/ART *maaf* pendidikannya relatif rendah sedangkan eyang/nenek sudah tua, sudah pasti secara fisik tidak akan sanggup mengikuti aktivitas sang cucu. Jadi..kita lah yang menjadi orangtua yang harus mendidiknya.

4. Export Pendidikan agama dan penerapannya.
Banyak orangtua yang menyekolahkan anaknya ke sekolah yang berbasis agama (sekolah Al...Al...Al...) dengan harapan tercukupi semua ilmunya tetapi pendidikan agama harus tetap diajarkan oleh orangtuanya.

5. Tidak Membedakan Pengasuhan anak lelaki dan Peremupuan
Perlu diketahui bahwa kaum lelaki itu diciptakan dengan kecenderungan berfikir menggunakan otak kiri. Kemampuan verbal antara lelaki dan perempuan sangat berbeda. Jangan harap kita bisa panjang lebar bicara pada anak lelaki dan mereka bisa menangkapnya, jadi percuma aja kita cerewet pada anak lelaki. Perkembangan anak lelaki dan perempuan jelas berbeda, anak perempuan lebih cepat kira kira 1 tahun. Anak perempuan yang kecenderungan menggunakan otak kanan akan lebih bagus kemampuan verbalnya.

6. Beban Pelajaran Sekolah Yang Sangat Berat
Jaman sekarang pelajaran anak di sekolah makin berat saja, ditambah dengan les ini les itu yang akan membebani si anak. Terkadang orangtua tidak peka akan kondisi seperti itu yang nantinya membuat anak menjadi stress.

7. Kurang Siap, Tanggap dan Gaptek
Lagi lagi ngomongin teknologi yang gak ada habisnya. Perkembangan teknologi yang sangat cepat membuat anak juga berkembangan dengan cepat. Perubahan teknologi ini membuat orangtua harus belajar lagi biar tidak kalah dengan anak.

8. Memberi anak perangkat teknologi
Kita sebagai orangtua harus lebih pintar dari anak, jangan sampai kita memberikan perangkat teknolgi yang canggih pada anak tapi orantuanya justru gaptek karena akan berdampak negatif pada anak. Dampingi anak dalam pemakaian perangkat canggih itu.

9. Kurang berkomunikasi dengan baik dan benar.
Miss komunikasi dengan anak akan membuat orangtua tidak memahami perasaan anak. Berikan informasi yang tepat pada anak agar anak tidak mencari jawaban sendiri di luar dengan media lain karena tidak menutup kemungkinan cara tersebut malah menyesatkan anak. Perlu diingat bahwa saat ini anak berkembangan di era digital.

10. Kurang Memahami Cara Kerja otak dan Tahapan perkembangan
Anak usia 2-3,5 tahun sel sel otaknya belum tersambung dan perkembangan sel otak itu akan sempurna di usia anak 7 tahun. Jadi mendidik anak seusia Samara saat ini lebih ditekan pada perasaan dan empati *maafkan Bunda, nak yang terkadang emosi dan marah denganmu* Tak heran jika sekarang banyak anak yang brutal, suka tawuran karena sejak kecil tidak diajarkan empati.

Dari 10 point kelalaian orangtua dalam mendidik anak, yuk sekarang kita harus punya prinsip dasar bahwa Orangtua adalah pendidik utama dan pertama dalam mengajarkan sexualitas. Berikan informasi dengan landasan agama dan putuskan masa lalu dengan menganggap bicara sex itu tabu dan saru.
Caranya yaitu :
1. Orangtua harus menyikapinya dan mempersiapkan sesuai usia anak
2. Latihan berbicara, caranya gunakan istilah dalam Al Qur'an
3. Miliki "The Courage To Be Imperfect" (jangan jaim)
4. Waspada

Rasa ingin tahu anak tentang seks adalah wajar karena inilah konsekuensi dari perkembangannya. Rasa ingin tahunya juga berulang ulang dengan issue yang sama. Semakin usia anak meningkat semakin detail rasa ingin tahunya.

Kiat dalam menghadapi pertanyaan anak seputar sex :
1. Tenang, kontrol diri dan jangan panik (relax)

2. Tarik nafas panjang and take it easy

3. Cek pemahaman anak dengan bertanya kembali : "yang kamu tahu apa nak?" Hal ini dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh pengertian anak akan hal yang akan ditanyakan.

4. Katakan apa yang kita rasakan.
Seandainya kita kaget akan pertanyaan anak, ungkapkan lah dengan kata kata yang halus : "ih...bunda kaget loh dengan pertanyaanmu?"

5. Jawablah pertanyaan dengan Pendek dan Singkat.
Seandainya kita tidak/belum bisa menjawab, tunda dengan jujur, berikan batas waktu kapan kita bisa menjawabnya. Tapiiii...jangan kelamaan ditunda ya nanti malah si anak keburu cari jawaban sendiri.

6. Kunci jawaban dengan norma agama
Misalnya kalo seorang wanita sedang menstruasi itu tidak boleh sholat karena Allah melarangnya.

7. Gunakan The Golden Opportunity/Kesempatan Emas 
Kesempatan dimana kita dapat menceritakan sesuatu/seksualitas kepada anak.

Di tengah tengah seminar para peserta juga diajak untuk praktek menjawab pertanyaan anak.
Contohnya :

Anak     : Ma, boleh gak kita pelukan?
Mama    : Yang kamu tahu apa?
Anak     : Boleh..
Mama    : Iya boleh kalo pelukannya dengan ayah, bunda, adik dan kakak

Tetapi jika anak menjawab :

Anak     :Gak boleh
Mama    : Iya, gak boleh kalo pelukannya dengan sembarang orang. Itu dilarang oleh Allah

Jadi kita gak boleh mematahkan jawaban anak karena itu kita perlu cek pemahaman dengan bertanya "yang kamu tahu apa?"

Anak     : Ma, kapan sih aku mulai mens?
Mama    : Yang kamu tahu apa?
Anak     : Nanti kalo sudah besar
Mama    : Iya benar, tetapi tiap orang berbeda beda ya..semua itu ditentukan oleh Allah


Berikut contoh komunikasi orangtua dan anak yang salah :

Anak     : Ma, aku asalnya dari mana sih?
Mama    : *panik* kamu kok nanya begituan sih?
Anak     : aku kan mau tahu, ma...
Mama    : jadi begini ya nak, awalnya mama papa sayang sayangan trus mama hamil, trus mama melahirkan kamu *menjawab dengan nada nyerocos*
Anak     : aku gak ngerti mama ngomong apa? tadi temanku bilang kalo asal ibunya dari Medan dan bapaknya dari Madura. Trus sekarang aku mau tahu aku asalnya dari mana?

Gubrakkk....salah persepsi kan? Makanya lagi lagi harus ditanyakan : "yang kamu tahu apa?" Daripada kita menjelaskan panjang lebar dan bikin anak bingung, eh ternyata bukan itu jawaban yang dimaksud.

Jadi berikanlah penjelasan atas jawaban anak, kita hanya meluruskan dan mengunci jawaban dengan norma agama. Jangan pernah mencecar anak dengan pertanyaan balik dan menggantung jawaban karena akan membuat anak jadi malas bertanya lagi.

Di akhir seminar juga ada sesi tanya jawabnya, beberapa pertanyaan muncul dan yang paling menakutkan adalah kisah seorang ibu yang anaknya berusia 3,5 tahun tiba tiba bilang "Mama, minum pipis" dan "Mama makan ini (sambil menunjukan penis ke mamanya) Subhanallah saya merinding dan ibu Elly menjawab kemungkinan besar si anak pernah melihat gambar begitu entah dari internet atau hape dan si anak ingat terus. Besar kemungkinan dari hape nanny-nya.

Adalagi kasus anak kelas 4 SD mau disunat ternyata ketika sampai di tempat sunat si tukang sunatnya bilang kalo penis si anak besar sekali. Usut punya usut ternyata ketahuan kalo si anak seringkali dipake oleh si baby sitter untuk oral seks. Naudzubillah mindzalik.. Horor banget kan?
So, hati hatilah jangan dikira anak kita aman dipegang oleh pengasuh.

Kemudian kasus anak remaja usia 17 tahun dan tidak mau diantar ibunya kemana mana kemudian si anak tidak mau cerita/terbuka dengan orangtua. Menurut ibu Elly ada yang salah komunikasi antara orangtua dan anak gadisnya. Saya pikir itu hal yang wajar, namanya juga anak remaja pasti gak mau cerita sama orangtuanya, mereka lebih nyaman cerita dengan teman temannya etapiiii...justru itu yang salah. Jika anak sudah beranjak remaja, orangtua harus memposisikan diri menjadi seorang teman bagi anaknya.

Ternyata banyak fakta terungkap dari kekerasan seksual baik itu bersumber dari teknologi yang serba canggih atau lingkungan sekitar. 

So, meski kita sudah mendidik anak sebaik mungkin dengan menerapkan norma norma agam dan menyekolahkan ke sekolah favorit, tapiii...itu semua gak cukup karena bahaya dari luar bisa mengancamnya. Maka dari itu berdoalah agar anak selalu dalam lindungan Allah SWT karena tidak ada yang bisa menjaga anak kecuali Allah *kekepin Samara*

Kembali lagi saya menegaskan bahwa kesimpulan yang dapat diambil dari seminar ini bahwa Orangtua adalah pendidik utama dan pertama dalam mengajarkan sexualitas.


Semoga kita selalu diberi kekuatan dan kesabaran dalam mendidik dan mengasuh anak untuk mencetak menjadi anak sholeh dan sholehah. Tak lupa berdoa agar kita dan buah hati kita selalu dalam Lindungan Allah. Amin...

Karena kita sebagai orangtua kelak akan ditanya dan diminta pertanggungjawabannya di hadapan Allah.

Tidak ada komentar: